Ya bodoh, itu yang hanya bisa aku ucap pada diriku
Sesal memang yang ada
Tersirat dalam pikiranku
“Coba dulu aku biarkan hati ini sakit mungkin tak akan sesakit ini.”
“Coba dulu aku turuti saran dari sahabat-sahabatku mungkin ya juga tak begini.”
“Coba dulu tak kudengarkan nasehat ‘let it flow’ mungkin itu tak akan mengalir.”
“Coba dulu aku menjadi orang yang jahat mungkin aku juga tak berusaha sejahat ini.”
“Coba dulu aku menghindar dari fitnah ini mungkin fitnah tak akan sebesar ini.”
“Coba dulu aku bisa meninggalkan semua mungkin tak akan sesusah meninggalkan seperti saat ini.”
Ya tapi percuma,,,
Percuma aku berfikir seperti itu
Percuma aku hanya berangan-angan
Tapi tetap aku tetap tersenyum mesti Qadarullah berkata lain
Tetap akan ku katakana
Aku akan berusaha memperbaiki semuanya
Semoga Allah ridho dengan jalan yang aku tempuh ini J
Karena aku yakin Insya Allah takdirku kelak jauh lebih indah
Jauh lebih menyenangkan
Karena memang jalan menuju surga itu pahit
Kata bi “jalan menuju surga itu mahal”
Jadi tetap bersemangatlah dalam hal yang baik
Karena aku yakin di balik kesusahan pasti ada kesenangan yang jauh lebih nikmat :)
“…...boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu buruk bagimu…..” (QS. Al-Baqarah216)
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, dan janganlah engaku lemah.” (HR.Muslim)
Memang benar orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, makan, pakaian, pendidikan, teman, pekerjaan, hingga calon pendamping hidup anaknya. Memang tujuan para orang tua baik. Ingin agar anak-anaknya bisa menjadi orang yang bahagia. Tapi terkadang apa yang dilakukan orang tua justrul salah. Terkadang anak merasa tertekan dengan sikap orang tua tersebut. Apalagi sampai-sampai dilarang untuk memilih cita-cita yang sesuai dia inginkan.
Betul perkataan seorang pepatah “orang tua bisa membuatkan istanah yang megah untuk anakanya, tetapi orang tua tidak bisa membuat istana hati untuk anaknya.”. Memang menolak perkataan atau hal yang diinginkan orang tua itu susah. Terkadang sampai aduh cek cok mulut terlebih dahulu. Tapi tetap saja sih anak diharuskan nurut. Apalagi kepada ibu. Tetap dalam hal ini kita harus bertutur kata yang sopan, apabila kita ingin mengatakan dengan orang tua kuncinya katakana hal itu baik-baik serta dala keadaan yang santai.
Sakit rasanya apabila suatu hal yang kita inginkan tidak diizinkanatau orang tua tidak ridho dengan apa yang kita lakukan. Apa lagi apabila anak dilarang untuk dating ke kajian untuk menuntut ilmu agama. Sering para orang tua merasa seorang anak yang dating kajian karena para orang tua takut apabila anak ikut aliran sesat. Baik memang tetapi kalo memang betul jalan yang di tempuh si anak ini haq dan tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an serta As Sunnah.
Kenapa harus dilarang? Apabila si anak ingin mengikuti ajaran Rasulullah serta 3 generasi terbaik (sahabat, tabi’in, tani’it tabi’in). untuk menyelesaikan masalh ini, Si anak berusaha mengajak orang tua agar ikut bersama si anak agar datang kajian bersama-sama. Kalo orang tua tidak mau bawakan rekaman kajian ke orang tua tunjukkan apa saja isinya. Kalo orang tua bener-bener tidak bisa, ya tetap berusaha aja dating kajian dengan cara berbohong syar’i sebenere bukan berbohong juga seh, lebih tepatnya mengartikan ke makna lain.
Contoh yang mudah. Si anak mau berangkat kajian pamit kepada orang tua. “ bu, yah, aku mau kerja kelompok.” Kata si anak. Lalu orang tua menjawab “ boleh, nak.”. si orang tua tidak tahu kalo si anak dating kajian tahunya hanya si anak berangkat kerja kelompok sama teman-temannya. Tetapi disini kerja kelompok banyak sekali memiliki arti alias ambigu. Yang penting makana kerja kelompok adalah belajar bareng. Kajian pun isinya juga belajar bareng. Hahaha.. (ngguyu ngakak)
Ok hanya itu saja yang bisa aku katakan mengenai beberapa permasalahan teman-teman kebanyakan yang dilarang orang tuanya untuk dating ke kajian atau lainnya. Semoga bisa mempraktekkan tips dari saya ini yang agak geje –‘, tapi Insya Allah di coba bakal sukses
Mama yang telah mengandungku selama sembilan bulan
Mama juga yang berusaha melahirkanku hingga hamper saya beliau mempertaruhkan nyawanya..
Mama juga yang mebesarkan aku dengan susah payah, menyusuiku, memandikanku, memberikanku makan, mendidikku dan masih begitu banyak yang beliau kobarkan untukku
Hingga akhirnya aku tumbuh menjadi seorang anak remaja
Mama selalu berusaha untuk mendidikku, agar tidak salah dalam memilih jalan..
Mama juga yang memilihkan sekolahsekolah yang terbaik untukku
Hingga beliau merasa keliru memasukkanku ku sekolah impianku ini
Tapi aku tetap berusaha
Berusaha untuk menyakinkannya,
menyakinkan bawah jalan yang aku pilih ini benar
mama sering menasehatiku agar aku menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain
Mama juga sering menasehatiku agar aku patuh dengan suamiku
Mama juga sering menasehatiku agar aku tidak lalai menjaga anak-anakku
Mama juga selalu mengingakanku agar apa yang beliau rasakan tidak terjadi pada aku
Aku ingin memenuhi apa yang beliau inginkan
Aku ingin mengiyakan semua..
Tapi terkadang memang apa yang aku dan beliau inginkan berbeda..
Tapi aku tetap berusaha agar bisa memenuhi semuanya…
Kalaupun aku tidak mengiyakan, aku berusaha agar aku berkata baik-baik dengan mama
Karena memang Mamaku lah yang begitu menyanyangiku
Hingga begitu sulit aku ….untuk menyakitinya…
Kalaupun aku sering melukai hatinya..:(
Aku minta maaf mama ..
Maaf kalo apa yang aku katakan dan aku perbuat membuat hatimu terluka..
Tapi aku tetap selalu menyanyangimu…
Karena aku begitu mencintaimu…
Dari Abu Hurahirah radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
“Seseorang dating kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata “Wahai Rasululllah kepada siapa aku harus berbakti pertama kali?”Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab “Ibumu.” Dan orang tersebut kembali bertanya “kemudian siapa lagi?” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab “Ibumu.” Orang tersebut bertanya kembali “kemudian siapa lagi?” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab “Ibumu.” Kemudian orang terdebut bertanya kembali “kemudian siapa lagi?” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab “kemudian ayahmu.”
(HR.Bukhari 5971 dan Muslim 2548)
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al Ahqaf: 15)
Iman menurut Ahlussunnah wal jama’ah adalah keyakinan dengan hati, pengikraran dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan perbuatan maksiat.
Jadi Iman terdiri dari tiga bagian: Pertama, keyakinan hati dan amalan hati dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah : yakni keyakinan dan pembenaran terhadap apa yang datang dari Allah :
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. ” (Az-Zumar: 33-34)
Adapun amalan hati di antaranya adalah niat yang benar, ikhlas, cinta, tunduk dan semacamnya terhadap apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 2 atauyang lainnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. ”
Kedua, ikrar lisan dan amalan lisan. Ikrar lisan yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengakui konsekuensi dari kedua bersabda yang artinya: kalimat tersebut. Nabi e“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan La Ilaha Illallah dan bahwasanya aku adalah Rasulullah. (Shahih, HR Bukhari dan Muslim)
Sedangkan amalan lisan adalah sebuah amalan yang tidak bisa terlaksana kecuali dengan lisan, seperti membaca Al Qur’an, dzikir, tasbih, tahmid, takbir, do’a istighfar, dan lain-lain. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizqi yang Kami anugerahkan kepada“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizqi yang Kami anugerahkan kepadamereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS.Fathir: 29)
Ketiga, amalan anggota badan yaitu sebuah amalan yang tidak terlaksana kecuali dengan anggota badan seperti ruku’, sujud, jihad, haji dan lain-lain. Allah berfirman dalam surat Al-Haj ayat 77-78, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan agar kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
Kesalahan di dalam Memahami Hakekat Iman
Ada beberapa kelompok yang salah dalam memahami makna iman dari hakekatnya yang terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka adalah:
1.Khawarij dan Mu’tazilah, mereka meyakini bahwa iman adalah ucapan, keyakinan, dan amal akan tetapi menurut mereka iman itu satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi atau bercabang-cabang. Tidak bertambah juga tidak berkurang, sehingga jika sebagian iman hilang berarti hilang semua. Karena itu mereka menghukumi bagi yang tidak beramal atau yang berdosa besar adalah kekal di neraka.
2. Murjiah, mereka terdiri dari tiga kelompok: Iman adalah hanya yang terdapat dalam hati, yakni pengetahuan hati saja. Ini keyakinan kelompok Jahmiyyah. Kelompok yang lainnya mengatakan, iman adalah juga amalan hati. Iman hanya ucapan lisan. Mereka adalah pengikut kelompok Karramiyyah. Iman hanya pembenaran dalam hati dan ucapan lisan. Mereka adalah