Selasa, 02 April 2013

Suatu renungan

pingin nyimpen Statusnya orang di FB.. hehe... nggak tahu mau nyimpen dimana tak taruh sini aja.. Biar enak kalau buka.. aku suka aja.. supaya aku inget aja, biar sering tak baca... Aku begitu menghargai orang yang menulis status ini.. oke.. semoga bermanfaat.. 



RENUNGAN UNTUK IKHWAN AKHWAT MAHASISWA YANG MASIH SUKA PACARAN

~ Seorang "anak"-nya Ammi di AAC, sebut saja namanya Allan, curhat kepadaku. Sorot matanya menyiratkan penyesalan yang cukup dalam. Ia menyesal karena pernah menjalin hubungan asmara dengan teman sekolahnya di SMU. Ironisnya, keduanya sudah sama-sama ngaji, mengenal ilmu sunnah.

"Allan janji tidak akan mengulangi lagi, Ammi.... Allan baru sadar kalau hubungan kayak gitu sama sekali tidak ada manfaatnya......"

"Alhamdulillah.......Ammi turut senang mendengar komitmen Allan untuk berubah menjadi lebih baik. Semoga bisa istiqomah seperti itu. Cuman masalahnya bukan sampai di sini aja, Nak... Oke, sekarang Allan bisa sadar dan menyesali semuanya. Tapi bagaimana jika nanti Allan jadi kuliah di kota X, di sana pergaulannya sangat rawan. Kota itu terkenal dengan pergaulan remaja dan mahasiswa yang cenderung bebas. Bisakah Allan menjaga komitmen Allan?"

"Lha.....itu masalahnya Ammi. Gimana ya Ammi caranya supaya ga tergoda pengen pacaran?? Allan khawatir tidak bisa menjaga diri......."

"Kuncinya adalah kemauan dari diri sendiri, Nak...... Meski nasihat datang tiap hari, setiap hari ikut majelis ta'lim, tapi kalau tidak ada tekad untuk membentengi diri, ya tetap saja dia akan mencari-cari jalan buat pacaran. Di Surabaya sini aja banyak ikhwan akhwat yang sudah lama ngaji, tapi tetep menjalin hubungan yang tidak halal......"

"Iya, Ammi..... Itulah yang Allan takutkan. Terus apa yang harus Allan lakukan?"

"Di kota X nanti masuklah ke ma'had mahasiswa yang diasuh ustadz-ustadz kita. Di sana, sibukkanlah diri dengan belajar agama. Mendalami bahasa Arab, menghafal Al-Qur'an, hadits, ilmu fiqih, dll. Kuliah tetap dijalankan dengan baik. Ikutilah kegiatan-kegiatan yang baik, yang tidak melanggar syariat.

Satu hal yang ingin Ammi tekankan, semestinya si anak memiliki empati yang tinggi kepada orangtuanya. Jangan sampai terjadi, di rumah orangtua kerja keras banting tulang, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, peras keringat dan cucuran airmata demi menguliahkan anaknya. Di rumah, orangtua pusing bingung, pikirannya kalut memikirkan mana biaya kuliah anaknya, biaya kost, biaya makan sehari-hari, biaya ini itu, yang tentunya sangat banyak, eeeh......di kota kuliahnya si anak malah enak-enakan pacaran, berduaan sama pacar, jalan-jalan ke mall, wisata ke pantai, makan bareng dengan menu yang tidak murah, telponan tiap hari ngabisin pulsa, berhaha hihi tanpa beban, seolah tidak perduli dengan derita nestapa orangtua yang seolah menjadi sapi perah buat kebutuhan anaknya. Anak macam apa ini??! Mana empatinya terhadap orangtua? Kalau pun si anak belum mampu meringankan beban orangtua dengan mencari biaya hidup sendiri, setidaknya si anak kasihanlah sedikit pada bapak ibunya, dengan cara kuliah yang tekun, belajar agama biar jadi anak yang sholeh. Kalau kuliahnya sukses, insyaAllah kelak akan bisa membahagiakan orangtua. Tapi kalau kuliah malah habis waktu dan biaya buat pacaran, pacaran, dan pacaran.......mau jadi apa dia kelak?? Apa tidak kasihan sama bapak ibu di rumah?? Kalaupun si anak tidak lagi punya rasa takut kepada Allah dengan pacarannya, setidaknya ingatlah orangtua, kasihani dan berempatilah pada orangtua. Jangan enak-enakan bercanda ria dengan pacar, sementara di rumah orangtua sedang bermandi keringat mencari nafkah demi biaya hidup dan kuliah anaknya yang selangit. Sungguh ini tipe anak yang tidak punya adab sama orangtuanya !"

"Subhanallah....... Iya, Ammi. Allan baru bener-bener nyadar sekarang. InsyaAllah Allan akan selalu inget nasihat ammi. Allan bertekad insyaAllah tidak mau lagi pacaran sebelum kuliah lulus. Kalau sudah lulus Allan pengen ta'arruf aja, soalnya pacaran kan haram. Allan akan fokus kuliah dan belajar agama di kota X. Allan tidak ingin ngecewain orangtua. Tolong doakan Allan ya Ammi......"

"InsyaAllah, Nak...... Doa Ammi akan selalu menyertai anak-anaknya Ammi, untuk kebaikan kalian semua........"
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

* Setiap orangtua tentu punya harapan yang tinggi agar anaknya kelak bahagia dunia akhirat. Orangtua telah berkorban dan berjuang tanpa lelah, siang dan malam. Segalanya demi anak, untuk anak. Sungguh termasuk sifat yang tak tahu diri, tak punya terimakasih, ketika anak mengkhianati amanah orangtuanya dengan menghabiskan waktu dan materi untuk sebuah kemaksiatan: "pacaran". 
Barakallahu fiikum........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar