nyak.. Mungkin hampir kebanyakan para smalane pada bingung, ngilu, nggalau, nggeje lah pokoknya semenjak hasil UAS yang kebanyakan tidak begitu memuaskan..
Hmm.. ada yang sampek nangis, atau lain sebagainya untuk meluapkan rasa sedihnya itu. Tak terkecuali saya. Tapi karena saya memang sudah terlalu sering. Yak, aku hanya menganggap yasudah mungkin belum maximal usaha yang telah aku lakukan selama ini.
Kawan, wajar sekali memang kita sedih dengan melihat apa yang telah terjadi. Karena sedih itu sangat wajar dirasakan oleh setiap orang. Rasa sedih itu muncul karena suatu hal yang membuat hati ini kurang atau bagaimana dengan suatu hal yang tidak kita capai atau kehilangan sesuatu. Tapi Jangan terlalu berlarut dengan kesedihan yang melanda itu bakal membuat diri kita tidak produktif. hmm.. ini sangat fatal sekali..
Tapi sedih sendiri terkadang dapat menimbulkan sifat terpuji dan tercela. Ini ada kutipan dari
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Sedih tidaklah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan kadang sedih itu terlarang dalam beberapa keadaan tatkala dikaitkan dengan hal agama. Seperti firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).
dan firman yang Allah yang lain nya
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
“Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan” (QS. An Nahl: 127).
hmm dan masih banyak sebagainya firman-firman yang menerangkan bahwa sedih itu suatu hal yang setidaknya tidak mendapatkan manfaat, tidak pula mendapat bahaya. Sedangkan, Allah pun tidak memerintahkan dengan sesuatu yang tidak memberika manfaat.
Tapi yang perlu digaris besari disini bahwa sedih itu tidak pula mendatangkan dosa, kecuali sedih itu berkaitan dengan hal-ha yang diharamkan.Seperti yang terdapat pada orang yang tertimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إنَّ اللَّهَ لَا يُؤَاخِذُ عَلَى دَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا عَلَى حُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُ عَلَى هَذَا أَوْ يَرْحَمُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى لِسَانِهِ
“Sungguh Allah tidaklah menghukum seseorang karena tetesan air mata dan kesedihan hati. Akan tetapi, Allah hanyalah menyiksa atau mengasihi hamba karena sebab (sabar atau keluhan) lisan ini (sambil beliau berisyarat dengan lisannya)”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلَا نَقُولُ إلَّا مَا يُرْضِي الرَّبَّ
“Tetesan air mata dan sedihnya hati, dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhoi”
Ada sedih yang berbuah pahala dan terpuji. Bukan dari sisi sedih itu sendiri. Misalnya, sedih karena musibah menimpa agamanya dan sedih karena musibah yang menimpa banyak kaum muslimin. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada kebaikan dan membenci kejelekan.
Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan jihad, tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan mudhorot (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan dosa yang hilang karena kesedihannya.
Yak.. mungkin dari kesedihan yang kita alami ini, bisa saja ini adalah teguran dari Allah untuk kita. Hmm..setidaknya kita harus berkaca, Bahwa sebentar lagi kita akan melakukan perang. Kurang lebih 4 bulan lagi kita akan UNAS. Setidaknya ambil hikmah dari semua Remidi yang ada. Jangan menyalahkan keadaan, dan bersedih terlalu larut.
Yukk.... Mari Berjuang.. hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar